Sinopsis Novel Burlian Karya Tere Liye

Posted by

“Untuk mamak, wanita nomor satu dalam hidupku” itulah kalimat dalam salah satu lembar novel “Burlian, Serial Anak-anak Mamak” karya Tere-liye. Tere liye lagi, tere liye lagi, nggak bosan? Jawabannya tidak. Sama dengan kutipan di salah satu halaman sebelum daftar isi tersebut, saya juga ingin mempersembahkan sinopsis ini untuk mamak saya yang tercinta, meskipun beliau tidak bisa melihat postingan ini karena memegang hp pun jarang-jarang, itupun hanya untuk telpon dan dengar radio, apalagi laptop.
Selain itu, sebelumnya saya juga agak terperanjat, ketika mendapati tidak ada sinopsis novel ini di blog saya, padahal ketiga seri lainnya sudah, dan kukira novel ini juga sudah. Ternyata belum. Oleh karena itu saya membuatnya langsung dengan menghabiskan 30 jam membaca novelnya untuk kedua atau bahkan ketiga kalinya, aku lupa. Oke dari pada berpanjang-panjang, lebih baik kita langsung saja, inilah dia Sinopsis Novel Burlian Karya Tere Liye. Selamat membaca.

sujianto7.blogspot.com

Siapa yang tidak tahu Burlian Pasai? Anak Pak Syahdan dan Mamak Nung yang disebut spesial itu. Dialah yang di masa depan akan melihat tempat-tempat baru, bertemu orang-orang baru yang tinggal jauh nun di sana. Dialah yang membuktikan bahwa jalan depan rumah ternyata tidak berujung, terus sambung-menyambung membentuk jaring yang tidak ada batasnya. Dialah Burlian Pasai si anak spesial.
Masa kecil Burlian tentu tak jauh dari anak-anak pada umumnya, bedanya mereka dibesarkan oleh mamak maha disiplin dan bapak yang penyabar dan pengertian. Hal itu membuat pribadi Burlian terjaga dari hal-hal yang sifatnya merusak. Namun, masa kecil yang penuh keingintahuan, membuat Burlian terlihat nakal.
Di kampungnya yang terletak di pedalaman sumatra, sekolah bukanlah hal yang dianggap penting. Toh ketika lulus SD mereka juga menjadi penyadap getah karet dan petani kebun seperti orang tua mereka. Namun di keluarga Pak Syahdan, semua anak harus sekolah, itulah yang membedakan keluarga tersebut dengan kebanyakan keluarga di kampung itu. Maka, mamak Nung atau pak Syahdan akan marah sekali ketika mendapati anak mereka bolos sekolah.
Sebagai anak kecil yang masih belum paham betul pentingnya sekolah, Burlian sering sekali membolos. Memang beberapa kali tidak ketahuan, namun di suatu saat, akhirnya perbuatannya tercium oleh mamak. Saat itu Ia dan Pukat, kakaknya, sengaja pulang lebih awal untuk menangkap belalang untuk dipamerkan ke teman-teman di sekolah. Mereka senang tangkapan belalangnya banyak hari itu, dan  makin senang lagi ketika mamak ternyata tidak memarahi mereka sesampainya di rumah.
Paginya pukul 5, Ayuk Eli, kakak tertua Burlian, tiba-tiba membangunkannya dan Pukat. Hari ini mereka di suruh mamak membantu mencari kayu bakar di hutan, tidak usah sekolah. Demi mendengar hal itu, Burlian dan Pukat pun melonjak kegirangan. Mereka mengambil kayu bakar dengan riangnya, karena setelah ini mereka pikir akan bebas bermain sepuasnya.
Namun jauh panggang dari api, ternyata mengambil kayu bakar tidak hanya sekali, mereka balik lagi dan balik lagi, bahkan hingga matahari tenggelam. Badan mereka seperti remuk rasanya. Kalau begini ceritanya mending sekolah. Maka sadarlah mereka bahwa ini adalah hukuman dari mamak karena membolos tempo hari.
Hari selanjutnya, Ayuk Eli kembali membangunkan mereka, bedanya agak siangan. Ia dengan jahilnya mengatakan bahwa hari ini Burlian dan Pukat membantu mamak lagi di kebun, tidak usah sekolah. Maka demi mendengar hal itu, Burlian dan Pukat melonjak, bergegas mandi, dan siap-siap berangkat sekolah.
Di kelas yang hanya berbilang belasan murid itu, Burlian menempuh sekolah dasarnya. Mereka semua adalah teman Burlian. Namun di kelas itu, ada seorang anak bernama Ahmad yang tidak terlalu akrab dengannya. Ahmad ini pendiam sekali. Jarang bermain dengan kawan-kawan lain. Fisiknya hitam, giginya tonggos, rambutnya ikal, membuat teman-teman agak risih dekat-dekat dengannya. Kenapa saya ceritakan si Ahmad ini, karena ia merupakan bagian penting dari masa kanak-kanak Burlian.
Awalnya Burlian juga berlaku sama dengan kawan-kawan yang lain. Namun ketika bertolak ke rumah Ahmad, untuk mengantar rambutan. Ia menyaksikan sendiri betapa pekerja kerasnya Ahmad dalam membantu ibunya. Maka mulai saat itu, burlian jadi respek dan berteman dengan Ahmad. Burlian mulai mengajak ahmad bermain bersama.
Suatu ketika, Burlian mengajak Ahmad bermain bola. Dan saat itu pula, bakat besar Ahmad mencuat. Ia pandai sekali memainkan si kulit bundar itu layaknya Maradona. Penduduk kampung yang melihat pun berdecak kagum, dan nama Ahmad pun mulai dikenal di kampung. Apalagi saat itu jaman-jamannya piala dunia, ditambah lagi ada kompetisi bola antar kampung, maka semakin terkenallah ahmad. Namun saat latihan persiapan menuju final kompetisi bola antar kampung, sebuah insiden membuat kebahagiaan itu berbalik 180 derajat. Apakah insiden itu? Kalian bisa temukan di novelnya.
Di sekolahnya Burlian, hanya terdapat 3 guru saja. Satu kepala sekolah yang sering pergi ke kota, dan 2 guru lagi, salah satunya adalah pak Bin. Kisah tentang pak Bin dalam Burlian ini sangat ironis. Beliau sudah mengajar di SD itu selama 25 tahun, namun hingga saat ini, gelar PNS itu tak kunjung diterimanya. Padahal guru-guru honorer yang jarang mengajar, di Sekolah itu sudah bergantian menjadi PNS. Konon katanya, Pak Bin itu terlalu jujur, ia tidak ingin mengeluarkan sepeserpun untuk menyogok panitia pengangkatan, alhasil hingga sekarang ia hanyalah guru honorer biasa. Tidak peduli meskipun dedikasinya tidak terbilang untuk sekolah itu. Bahkan di pendaftaran terakhirnya, yang ia optimis sekali bisa lulus, ternyata gagal juga. Membuatnya sempat berhenti mengajar selama tiga hari, beruntung Burlian dan kawan-kawannya berhasil meyakinkan Pak Bin untuk mengajar lagi.
Penduduk kampung setelah dibuat takjub melihat proyek inspeksi minyak di hutan kampung mereka, kali ini kembali geger melihat proyek pembangunan jalan oleh rombongan Korea. Burlian yang rasa penasarannya tinggi mengajak kakaknya, pukat untuk melihat proyek tersebut. Hal ini sama seperti yang mereka lakukan dulu ketika ada proyek inspeksi minyak.
Di proyek pembangunan jalan tersebut, Burlian dan Pukat bertemu Nakamura yang berasal dari Jepang. Sejak pertemuan pertama dan pertemuan berikut-berikutnya, Nakamura dan Burlian akrab dan menjadi teman baik. Dari pertemanan inilah, jalan Burlian untuk melihat dunia tebuka lebar.
Berbeda dari kedua kakaknya yang melanjutkan sekolah di kota kabupaten, Burlian melanjutkan SMP di Ibukota, yang dibiayai oleh Nakamura. Meskipun Ia sekarang sudah pensiun dan tinggal di jepang, Nakamura tetap berkirim surat dengan Burlian. Hingga lulus, hubungan mereka tetap harmonis dan bahkan mengajak Burlian ke Jepang. Dan di sanalah Burlian bertemu dengan Keiko, anak Nakamura. Masa depan Burlian terbentang luas, perjalanannya masih panjang, sepanjang jalan depan rumahnya yang tidak berujung.

Sekian sinopsis saya, tentu saja banyak bab yang tidak terbahas di sini, karena diambil bagian-bagian yang menurut saya penting dan tentu saja saya ingat. Beberapa bab di antaranya mungkin ketika inspeksi minyak, kunjungan menteri, judi SDSB, ABRI masuk desa, dan lain sebagainya yang tak kalah penting. Terima kasih.


Blog, Updated at: 09:17

1 komentar:

  1. 'Tere liye lagi, tere liye lagi, nggak bosan? Jawabannya tidak.'

    jawaban gw juga sama, ga bakalan bosen sama tere liye :) *tos*

    https://jagatebookpdf.blogspot.co.id

    salam kenal

    ReplyDelete

Followers

Popular Posts

Powered by Blogger.
Adsense Indonesia